اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
(Al-Fatihah: 6)
Yang dimaksud dengan “Tunjukilah
kami jalan yang lurus” pada ayat diatas ialah “Berilah kami petunjuk dan
pertolongan secara ghaib, sehingga kami terpelihara dari perbuatan salah dan
sesat.”
Shiraatal mustaqiim ialah semua
petunjuk yang benar yang dapat membawa manusia pada kehidupan bahagia didunia
dan akhirat. Petunjuk-petunjuk yang benar itu mencakup semua aturan hidup yang
benar dalam semua aspek termasuk iman, akhlak, ibadah, hukum, sosial, ekonomi,
pemerintahan dan segala aspek kehidupan manusia di dunia ini.
Jalan yang lurus ini telah Allah SWT
berikan kepada para nabi dan umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW. Umat-umat
tersebut telah diberi nikmat dalam bentuk kitab suci yang dibawa para rasul
sehingga mereka dapat mengetahui cara hidup yang diredhai oleh Allah dan yang
dimurkai Allah. Para ahli tafsir menafsirkan
bahwa umat tersebut ialah umat Yahudi dan Nasrani, karena menyimpang dari
kaedah yang dibawa oleh rasul-rasul mereka, kedua umat ini dimurkai oleh Allah.
Ayat diatas mengandungi pengertian
bahwa manusia hanya akan memperoleh kebajikan hidup didunia bila mendapat
hidayah atau petunjuk dari Allah. Hidayah atau petunjuk Allah ini ada berbagai
macam, antaranya sebagai berikut :
- Hidayah dan bentuk
ilham
Perkara ini dirasakan oleh anak-anak kecil sejak ia
dilahirkan. Seorang anak memerlukan makanan, ia akan memberikan isyarat dengan
cara menangis.
- Hidayah melalui panca
indra
Hidayah ini terdapat pada manusia dan hewan. Bahkan
pada hewan lebih sempurna dibandingkan yang ada pada manusia. Sebab ilham dan
panca indra pada hewan lebih cepat tumbuh secara sempurna dalam waktu yang
sangat singkat setelah kelahiran. Adapun pada manusia hal ini dirasakan secara
perlahan-lahan.
- Hidayah melalui akal
Hidayah ini lebih tinggi darjatnya dibandingkan
hidayah ilham dan panca indra. Secara naluriah, manusia akan hidup
bermasyarakat dengan lainnya, sedangkan ilham dan panca indranya tidak cukup
untuk menjalankan hidup bermasyarakat. Oleh sebab itu manusia memerlukan akal
yang mampu menilai segala kesalahan yang dilakukan oleh panca indra. Bukankah
tongkat yang lurus akan terlihat bengkok di air ? Dan orang yang belum terbiasa
merasakan sesuatu yang manis akan merasakan pahit dilidah.
- Hidayah berupa agama
dan syariat
Hidayah ini merupakan mutlak bagi manusia, karena
akal tidak cukup untuk menghadapi pengaruh hawa nafsu, kekuatan syahwat dan
dorongan-dorongan sesat yang menjerumuskan manusia ke dalam kehancuran. Akal
tidak mampu mengelakkan manusia dari semua dorongan-dorongan nafsu buruk yang
dapat menimbulkan kejahatan, kezaliman, malapetaka dan permusuhan.
Dengan hidayah ini manusia dapat mengendalikan dirinya
dari pelbagai pengaruh negative yang menjerumuskan akalnya. Ia akan tetap tegak
pada jalan yang benar untuk memilih mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang mudarat.
Dengan hidayah agama, akal manusia mampu mengalahkan kemahuan hawa nafsunya.
Manusia menjadi mudah menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran untuk
kepentingan kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat.
Allah telah memberikan petunjuk supaya kita
memohon diberi hidayah dan pertolongan
dalam usaha memperolehi petunjuk yang benar dalam kehidupan ini.
Orang-orang yang mendapat hidayah dari Allah akan memperolehi
kehidupan yang penuh dengan berkah, keselamatan dan kebahagian. Hal ini telah
dibuktikan dalam sejarah umat-umat dahulu yang menjadi umat yang sholeh. Kepada
umat yang sholeh inilah Allah menurunkan segala rahmat dan berkah-Nya dari
langit, sehingga mereka hidup penuh dengan kebahagiaan, kesejahteraan dan
keselamatan.
Bila kita memohon hidayah kepda Allah, kita harus
melakukan segala syariat-Nya dengan kesungguhan hati dalam kehidupan
sehari-hari. Tanpa usaha semacam ini nescaya Allah tidak akan memberikan
hidayah-Nya kepada kita.
No comments:
Post a Comment